expand();

Jumat, 27 April 2012

CAHAYA WAJAHMU

Sesaat lalu, kulihat wajahmu sekilas namun penuh kemuliaan Segala masa lalu tak pernah kau lihat lagi Di dalam kelamnya sebuah gelap, engkau pernah menikmatinya Kini dengan penuh kemuliaan yang utuh, yang benar-benar sempurna engkau selami Sebuah tanda yang dulu merupakan satu kehinaan yang sangat nista, kini telah berubah menjadi satu keindahan yang sangat agung... Berubah menjadi sebuah martabat yang tak ternilai Engkau hanya bisa dinilai oleh surga.. Engkau hanya bisa dinilai oleh hakikat dari surga itu sendiri Keagungan dan kemuliaan yang sejatinya kau miliki dengan utuh, tapi kau bagi untuk kami, insan lemah tak berdaya yang kerap jatuh dan tak tahu terima kasih. Namun semua itu tak mengurangi kemuliaanmu, setitik noktahpun.. Kau inginkan kami juga mulia memenuhi hakikat cinta kasih dan pelayanan... Terima kasih....berkat engkau, kami boleh menikmati suatu karunia yang benar-benar agung Keajaiban dan keindahannyapun telah kami reguk, berkat pengorbananmu Bahkan....hingga kini, keajaiban itu selalu kurasakan di tengah hiruk pikuk kehidupan yang semakin renta ini... Akan kupelihara keajaiban-keajaiban yang telah kau berikan kepadaku ini... Dengan ucapan syukur yang tanpa batas...

Selasa, 20 September 2011

Kejadian mlam 'idul fitri d kreta progo klas ekonomi

Sehabis iktikaf 10 hari di Al-islam bekasi tepatnya d hari senin menanti hari selasa untuk ibadah sholat idul fitri inilah pertma kali aku tidak lebaran bareng keluarga aku pulang kampung dengan kata lain mudik,jogjakarta adalah tempat dmana aku dlahirkan,aku pulang dengan ber4 dengan teman2 setujuan dkreta itu aku mendapat kenangan yang isa d ambil ibrohnya yaitu ada seorang pedagang yang berpura-pura menjajakan brang juallannya setelah aku awasi ternyata dia seorang pencopet.cri2nya dia ju7lan tdak seperti yang lain,dia menoleh ke knan dan kekiri,akhirnya karena aku penasaran aku potret aja tuh orang..., nah mkanya tman2 hati2 sama orang yang juallan d kereta ekonomi...oke

Jumat, 10 Juni 2011

Suap-menyuap

Suap-menyuap

Dalam hukum Islam dikenal istilah risywah, yang berarti suap, sogok,
atau bujukan. Risywah merupakan penyakit masyarakat yang tidak
dibenarkan oleh ajaran Islam. Rasulullah saw bersabda, ''Akan datang
kepada manusia suatu masa, seseorang pada masa itu tidak peduli lagi
tentang apa-apa yang ia ambil, apakah yang diambilnya itu haram atau
halal.'' (HR Imam Ahmad).

Menurut Ali bin Abi Thalib, risywah adalah suatu pemberian yang
ditujukan kepada seseorang untuk membatalkan sesuatu yang hak (benar)
atau membenarkan yang batil.

Risywah adalah suatu pemberian yang tidak dilandasi oleh keinginan
untuk mendapatkan ridho Allah SWT. Sebaliknya ia merupakan perbuatan
yang bertentangan dengan aturan-Nya. Oleh karena itu, Rasulullah
melarang praktek risywah ini, baik pemberi, penerima, atau
perantaranya. Hadis Nabi menyebutkan bahwa, ''Rasulullah melaknat
orang yang menyogok, yang menerima sogok, dan yang menjadi
perantaranya.'' (HR Imam Ahmad dan Al Hakim).

Substansi risywah juga sama dengan ghulul, yaitu penerimaan di luar
gaji yang semestinya diterima oleh seseorang. Rasulullah bersabda,
''Barang siapa kami tugaskan untuk melakukan suatu pekerjaan dan untuk
itu kami berikan imbalan (gaji/honor), maka apa yang diambilnya selain
imbalan itu berarti suatu ghulul (penipuan atau korupsi).'' (HR Abu
Daud).

Selanjutnya dalam hadis riwayat Imam Bukhari, dikisahkan sebagai
berikut: Rasulullah menugaskan seseorang dari Kabilah Azd bernama Ibnu
Lutaibah untuk memungut zakat. Ketika tugasnya selesai, ia datang dan
berkata, ''Ini hasil pungutan zakat untuk kalian, dan yang ini saya
terima sebagai hadiah dari mereka.'' Mendengar hal itu Rasulullah saw
bersabda, ''Bagaimana kalau ia duduk di rumah ayahnya atau rumah
ibunya sambil menunggu apakah ia akan diberi hadiah atau tidak? Demi
Zat yang diriku berada dalam kekuasaan-Nya, tak ada seorang pun yang
mengambil hadiah semacam ini, kecuali esok di hari kiamat akan
dibebankan pada lehernya.'' Ulama dan sekaligus penulis Yusuf Qardlawi
dan Muhammad Abd Aziz al Khulli telah menjelaskan tentang tujuan atau
hikmah larangan risywah itu. Pertama, memelihara dan menegakkan
nilai-nilai keadilan serta menghindari kezaliman. Kedua, mendidik
masyarakat agar membiasakan mendayagunakan harta benda sesuai dengan
petunjuk-Nya, mampu menghargai nilai-nilai kebenaran hakiki dan tidak
diperjualbelikan dengan nilai-nilai kebendaan. Ketiga, mendidik para
penguasa, pejabat, pelayan masyarakat agar tidak membeda-bedakan
pelayanan terhadap masyarakat, dikarenakan perbedaan status harta atau
kekayaannya. Keempat, menyadarkan masyarakat bahwa hakikat kebenaran
itu adalah yang datang dari dan ditetapkan oleh Allah SWT, bukan dari
manusia, apakah dia orang kaya atau tidak. Sesuatu yang datang dari
manusia, masih mungkin benar atau salah.


sumber http://islam-net.virtualave.net/artikel/suap.html

Minggu, 05 Juni 2011

Kelemahan Hadits-Hadits Tentang Fadhilah Yaasiin, Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas

Setiap Muslim diperintah utk membaca al-Qur-an, sebagaimana ayat pertama yg turun memerintahkan kita utk membaca: “ إِقْرَأْ(bacalah). ”

Al-Qur-an yg terdiri dari 30 (tiga puluh) juz mulai surat al-Fatihah sampai surat an-Naas jelas mempunyai keutamaan & kaum Muslimin berkewajiban mengamal-kannya.

Oleh karena itu, sangat dianjurkan agar ummat Islam membaca al-Qur-an, & kalau sanggup mengkhatam-kannya sepekan sekali, / sepuluh hari sekali, / dua puluh hari sekali, / setiap bulan sekali dikhatamkan-nya. Berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

اِقْرَأِ الْقُرْآنَ فِيْ كُلّ ِ شَهْرٍ، اِقْرَأْهُ فِيْ عِشْرِيْنَ لَيْلَةً، اِقْرَأْهُ فِيْ
عَشْرٍ، اِقْرَأْهُ فِيْ سَبْعٍ، وَلاَ تَزِدْ عَلَى ذَلِكَ.

“Bacalah al-Qur-an (khatamkanlah) sebulan sekali, kha-tamkanlah al-Qur-an setiap dua puluh hari sekali, kha-tamkanlah setiap sepuluh hari sekali, & khatamkanlah setiap sepekan sekali, jangan lebih dari itu. ”

(HR. Al-Bukhari (no. 5053-5054), Muslim (no. 1159) (184)) & Abu Dawud (no. 1388), dari ‘Abdullah bin ‘Amr. Lihat Shahih Jami’ush Shaghiir (no. 1158)).

Kebanyakan kaum Muslimin di mana-mana sering membaca surat Yaasiin, seolah-olah anjuran Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam utk membaca al-Qur-an dimaksudkan adalah surat Yaasiin, sepertinya al-Qur-an itu isinya hanyalah surat Yaasiin saja, karena sangat sering sekali kita mendengar kaum Muslimin & Muslimat membaca surat Yaasiin di rumah, di majlis-majlis ta’lim, di masjid-masjid, di sekolah, di pondok-pondok & bahkan sering pula kita dengar dibacakan utk orang yg sedang naza’ (akan mati) & dibacakan di pemakaman kaum Muslimin. Dari isi al-Qur-an yg terdiri dari 114 surat hanya surat Yaasiin saja yg banyak dihafal oleh kaum Muslimin.

Kita sangat gembira dg banyaknya orang yg hafal surat Yaasiin, tetapi kita yakin tentunya ada bebe-rapa faktor yg mendorong kaum Muslimin menghafal surat tersebut. Setelah kita periksa, ternyata memang ada faktor pendorongnya, yaitu beberapa hadits yg mene-rangkan keutamaan (fadhilah) & ganjaran bagi orang yg membaca surat Yaasiin, tetapi hadits-hadits yg menerangkan surat Yaasiin adalah LEMAH SEMUANYA.

Saya akan sebutkan & jelaskan kelemahan hadits-hadits tersebut, supaya kaum Muslimin mengetahui bah-wa hadits-hadits tersebut tdk bisa dipakai hujjah, mes-kipun utk fadhaa-ilul a’maal.

Selanjutnya saya akan jelaskan pula kelemahan hadits-hadits yg menganjurkan membacakan surat Yaasiin utk orang yg sedang naza’ (akan mati) maupun me-nganjurkan utk orang yg sudah mati.

Yang perlu diingat & diperhatikan dari tulisan ini ialah, bahwa dg membahas masalah ini bukan berarti saya melarang (mengharamkan) baca surat Yaasiin, akan tetapi saya ingin menjelaskan kesalahan orang-orang yg menyandarkan dalil keutamaannya kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, sedang berdusta atas nama Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah diharamkan & diancam masuk Neraka.

Selain itu pula, kita wajib melihat apakah ada contoh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yg menerangkan bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca surat Yaasiin setiap malam Jum’at, setiap mulai / menutup majlis ta’lim, ketika ada orang mati & lain-lain?!

Mudah-mudahan dari penjelasan & keterangan ini bukan mematahkan semangat, tetapi malah sebagai do-rongan utk membaca & menghafal seluruh isi al-Qur-an & berupaya utk mengamalkannya.

Hadits-Hadits Fadhilah Yaasiin Yang Lemah Dan Palsu

HADITS PERTAMA
مَنْ قَرَأَ يَس فِيْ لَيْلَةٍ أَصْبَحَ مَغْفُوْرًا لَهُ

“Barangsiapa yg membaca surat Yaasiin dalam satu malam, maka ketika ia bangun pagi hari diampuni dosanya. ”

Riwayat Ibnul Jauzi dalam al-Maudhu’at (I/247).

Keterangan: HADITS INI (مَوْضُوْعٌ) PALSU
Diriwayatkan dari Abu Hurairah, Ibnul Jauzi berkata: Hadits ini dari semua jalannya adalah bathil, tdk ada asalnya. Imam Daraquthni berkata: “MUHAMMAD BIN ZAKARIA yg ada dalam sanad hadits ini adalah tukang memalsukan hadits. ”

(Periksa: Al-Maudhuu’aat oleh Ibnul Jauzi (I/246-247), Mizaanul I’tidal (III/549), Lisaanul Mizan (V/168), al-Fawaa-idul Majmu’ah fii Ahaaditsil Maudhu’ah (hal. 268 no. 944)).

HADITS KEDUA
مَنْ قَرَأَ يَس فِيْ لَيْلَةٍ ابْتِغَاءَ وَجْهِ اللهِ غُفِرَ لَهُ.

“Barangsiapa membaca surat Yaasiin pd malam hari karena keridhaan Allah, niscaya Allah ampuni dosanya. ”

Keterangan: HADITS INI (ضَعِيْفٌ) LEMAH
Diriwayatkan oleh ath-Thabrani dalam kitabnya, al-Mu’jamul Ausaath, & al-Mu’jamush Shaghiir dari Abu Hurairah, tetapi di dalam sanadnya ada AGHLAB BIN TAMIIM. Kata Imam al-Bukhari: “Ia munkarul hadits. ” Kata Ibnu Ma’in: “Ia tdk ada apa-apanya (tidak kuat). ”

(Periksa: Mizaanul I’tidal (I/273-274) & Lisanul Mizan (I/464-465)).

HADITS KETIGA
مَنْ قَرَأَ يَس فِيْ لَيْلَةٍ ابْتِغَاءَ وَجْهِ اللهِ غُفِرَ لَهُ فِيْ تِلْكَ اللَّيْلَةِ.

“Barangsiapa membaca surat Yaasiin pd malam hari karena mencari keridhaan Allah, maka ia akan diampuni dosanya pd malam itu. ”

Keterangan: HADITS INI (ضَعِيْفٌ) LEMAH
Hadits ini diriwayatkan oleh Imam ad-Daarimi dari jalan Walid bin Syuja’, ayahku telah menceritakan kepada saya, Ziyad bin Khaitsamah telah menceritakan kepada saya dari Muhammad bin Juhadah dari al-Hasan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.

(Sunan ad-Darimi (II/457)).

Hadits ini diriwayatkan juga oleh al-Baihaqi, Abu Nua’im & al-Khathib dari jalan al-Hasan, dari Abu Hurairah.

Hadits ini MUNQATHI’, karena dalam semua sanad-nya terdapat al-Hasan bin Abil Hasan al-Bashriy, ia tdk mendengar dari Abu Hurairah.

Imam adz-Dzahabi berkata: “Al-Hasan tdk mende-ngar dari Abu Hurairah, maka semua hadits-hadits yg ia riwayatkan dari Abu Hurairah termasuk dari jumlah hadits-hadits munqathi’. ”

Periksa: Mizaanul I’tidal (I/527 no. 1968), al-Fawaa-idul Majmua’ah (hal. 269, no. 945), tahqiq Syaikh ‘Abdur-rahman al-Mu’allimy)

HADITS KEEMPAT
مَنْ دَاوَمَ عَلَى قِرَاءَةِ يَس فِي كُلِّ لَيْلَةٍ ثُمَّ مَاتَ، مَاتَ شَهِيْدًا.

“Barangsiapa terus-menerus membaca surat Yaasiin pd setiap malam kemudian ia mati, maka ia mati syahid. ”

Keterangan: HADITS INI (مَوْضُوْعٌ) PALSU
Hadits ini diriwayatkan oleh ath-Thabrani dalam al-Mu’jamush Shaghir dari Shahabat Anas radhiyallahu ‘anhu, tetapi di dalam sanadnya ada Sa’id bin Musa al-Azdiy, ia seorang tukang dusta & ia dituduh oleh Ibnu Hibban sering memalsukan hadits.

(Periksa: Tuhfatudz Dzakirin (hal. 340), Mizaanul I’tidal (II/159-160), Lisanul Mizan (III/44-45)).

HADITS KELIMA
مَنْ قَرَأَ يَس فِيْ صَدْرِ النَّهَارِ قُضِيَتْ حَوَائِجُهُ.

“Barangsiapa membaca surat Yaasiin pd permulaan siang (=di pagi hari), maka terpenuhi semua hajatnya (=keperluannya). ”

Keterangan: HADITS INI (ضَعِيْفٌ) LEMAH
Hadits ini diriwayatkan oleh Imam ad-Darimi dari jalan al-Walid bin Syuja’, telah menceritakan kepadaku Ziyad bin Khaitsamah, dari Muhammad bin Juhadah dari ‘ATHA’ BIN ABI RABAH, ia berkata: “Telah sampai kepadaku bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, . . . ”

Hadits ini mursal, karena ‘Atha’ bin Abi Rabah tdk bertemu dg Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ia lahir kurang lebih tahun 24 Hijriyah & wafat tahun 114 H.

Periksa: Sunan ad-Darimi (II/457), Misykatul Mashaabih (takhrij no. 2177), Mizaanul I’tidal (III/70) & Taqribut Tahdzib (II/22)

HADITS KEENAM
مَنْ قَرَأَ يَس مَرَّةً فَكَأَنَّمَا قَرَأَ الْقُرْآنَ مَرَّتَيْنِ.

“Barangsiapa membaca surat Yaasiin satu kali seolah-olah ia membaca al-Qur-an dua kali. ”
(HR. Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman).

Keterangan: HADITS INI (مَوْضُوْعٌ) PALSU
Lihat Dha’if Jami’ush Shaghir (no. 5789) & Silsilatul Ahaadits adh-Dha’ifah wal Maudhu’ah (no. 4636) oleh Syaikh al-Albany).

HADITS KETUJUH
مَنْ قَرَأَ يَس مَرَّةً فَكَأَنَّمَا قَرَأَ الْقُرْآنَ عَشْرَ مَرَّاتٍ.

“Barangsiapa membaca surat Yaasiin satu kali seolah-olah ia membaca al-Qur-an sepuluh kali. ”

(HR. Al-Baihaqi dalam kitab Syu’abul Iman dari Abu Hurairah).

Keterangan: HADITS INI (مَوْضُوْعٌ) PALSU
Lihat Dha’iif Jami’ush Shaghir (no. 5798) oleh Syaikh al-Albany.

HADITS KEDELAPAN
إِنَّ لِكُلِّ شَيْءٍ قَلْبًا وَقَلْبُ الْقُرْآنِ يَس، وَمَنْ قَرَأَ يَس كَتَبَ اللَّهُ لَهُ بِقِرَاءَتِهَا قِرَاءَةَ الْقُرْآنِ عَشْرَمَرَّاتٍ.

"Sesungguhnya tiap-tiap sesuatu mempunyai hati & hati (inti) al-Qur-an itu ialah surat Yaasiin. Barangsiapa yg membacanya, maka Allah akan memberikan pahala bagi bacaannya itu seperti pahala membaca al-Qur-an sepuluh kali. ”

Keterangan: HADITS INI (مَوْضُوْعٌ) PALSU
Hadits ini diriwayatkan oleh at-Tirmidzi (no. 2887) & ad-Darimi (II/456), dari jalan Humaid bin Abdur-rahman, dari al-Hasan bin Shalih dari Harun Abu Muhammad dari Muqatil bin Hayyan (yang benar Muqatil bin Sulaiman) dari Qatadah dari Anas secara marfu’.

Dalam hadits ini terdapat dua rawi yg LEMAH:
1. HARUN ABU MUHAMMAD
Majhul (tidak dikenal riwayat hidupnya).
Kata Imam adz-Dzahabi: “Aku menuduhnya majhul. ”
Mizaanul I’tidal IV/288.

2. MUQATIL BIN HAYYAN.
Kata Ibnu Ma’in: “Dha’if. ”
Kata Imam Ahmad bin Hanbal: “Aku tdk peduli ke-pada Muqatil bin Hayyan & Muqatil bin Sulaiman. ”
Periksa: Mizaanul I’tidal IV/171-172.
Imam Ibnu Abi Hatim berkata dalam kitabnya, al-‘Ilal (II/55-56): “Aku pernah bertanya kepada ayahku tentang hadits ini. Jawabnya: ‘Muqatil yg ada dalam sanad hadits ini adalah Muqatil bin Sulaiman, aku mendapati hadits ini di awal kitab yg disusun oleh MUQATIL BIN SULAIMAN. Dan ini adalah hadits BATIL, TIDAK ADA ASALNYA. ’”

Periksa: Silsilatul Ahaadits adh-Dha’ifah (no. 169, hal. 312-313).
Imam adz-Dzahabi juga membenarkan bahwa Muqatil dalam hadits ini ialah MUQATIL BIN SULAIMAN.
Periksa: Mizaanul I’tidal (IV/172).

Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albany berkata: “Apabila sudah jelas bahwa Muqatil yg dimaksud adalah Muqatil bin Sulaiman, sebagaimana yg sudah dinyatakan oleh Imam Abu Hatim & diakui oleh Imam adz-Dzahabi, maka hadits ini MAUDHU’ (PALSU). ”
Periksa: Silsilatul Ahaadits adh-Dha’ifah (no. 169, hal. 313-314. )

Kata Imam Waqi’: “Muqatil bin Sulaiman adalah tu-kang dusta (kadzdzab). ”
Kata Imam an-Nasa-i: “Muqatil bin Sulaiman sering dusta. ”
Periksa: Mizaanul I’tidal (IV/173).

HADITS KESEMBILAN
مَنْ قَرَأَ يَس حِيْنَ يُصْبِحُ يُسِرَ يَوْمُهُ حَتَّى يُمْسِيَ، وَمَنْ قَرَأَهَا فِيْ صَدْرِ لَيْلَةٍ أُعْطِيَ يُسْرَ لَيْلَتِهِ.

“Barangsiapa baca surat Yaasiin di pagi hari, maka akan dimudahkan urusan hari itu sampai sore. Dan barang siapa membacanya di awal malam (sore hari), maka akan diberi kemudahan urusan malam itu sampai pagi. ”

Keterangan: HADITS INI (ضَعِيْفٌ) LEMAH
Hadits ini diriwayatkan oleh Imam ad-Darimi (II/457) dari jalan Amr bin Zararah, telah menceritakan kepada kami Abdul Wahhab, telah menceritakan kepada kami Rasyid Abu Muhammad al-Himani, dari Syahr bin Hau-syab, ia berkata: Ibnu Abbas telah berkata. . .

Dalam sanad hadits ini ada Syahr bin Hausyab, kata Ibnu Hajar: “Ia banyak memursalkan hadits & banyak keliru. ”
Periksa: Taqriib (I/423 no. 2841), Mizaanul I’tidal (II/283).

Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albany berkata: “Syahr Bin Hausyab lemah & tdk boleh dipakai se-bagai hujjah, karena banyak salahnya. ”
Periksa: Silsilatul Ahaadits adh-Dha’ifah wal Maudhu’ah jilid I halaman 426.
Hadits ini juga mauquf (hanya sampai Shahabat saja).

HADITS KESEPULUH
مَنْ قَرَأَ يَس كُلَّ لَيْلَةٍ غُفِرَ لَهُ.

“Barangsiapa membaca surat Yaasiin setiap malam, niscaya diampuni (dosa)nya. ”
(HR. Al-Baihaqy dalam Syu’abul Iman)

Keterangan: HADITS INI (ضَعِيْفٌ) LEMAH
Lihat Dha’if Jami’ush Shaghir hadits no. 5788 & Silsilah Ahaadits adh-Dha’ifah wal Maudhu’ah no. 4636.

HADITS KESEBELAS
إِنَّ اللَّهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى قَرَأَ طه ويَس قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ آدَمَ بِأَلْفَيْ عَامٍ فَلَمَّا سَمِعَتِ الْمَلاَئِكَةُ الْقُرْآنَ قَالُوْا: طُوْبَى ِلأُمَّةٍ يَنْزِلُ هَذَا عَلَيْهِمْ وَطُوْبَى ِلأَلْسُنٍ تَتَكَلَّمُ بِهَذَا وَطُوْبَى ِلأَجْوَافٍ تَحْمِلُ هَذَا.

“Sesungguhnya Allah Ta’ala membaca surat Thaaha & Yaasiin 2000 (dua ribu) tahun sebelum diciptakan-nya Nabi Adam. Tatkala para Malaikat mendengar al-Qur-an (yaitu kedua surat itu) seraya berkata: ‘Ber-bahagialah bagi ummat yg turun al-Qur-an atas mereka, alangkah baiknya lidah-lidah yg berkata dg ini (membacanya) & baiklah rongga-rongga yg membawanya (yaitu menghafal kedua surat itu).

Keterangan: HADITS INI (مُنْكَرٌ) MUNKAR
Hadits ini diriwayatkan oleh ad-Darimi (II/456), Ibnu Khuzaimah dalam kitab at-Tauhid (no. 328), Ibnu Hibban dalam kitab adh-Dhu’afa (I/108), Ibnu Abi ‘Ashim dalam as-Sunnah (no. 607), al-Baihaqy dalam al-Asma’ wash Shifat (I/365) & ath-Thabrany dalam al-Mu’jamul Ausath (no. 4873), dari jalan Ibrahim bin Muhajir bin Mismar, ia ber-kata: “Telah menceritakan kepada kami Umar bin Hafsh bin Dzakwan dari Maula al-Huraqah. ” Kata Ibnu Khu-zaimah: “Namanya Abdur Rahman bin Ya’qub bin al-‘Ala’ bin Abdur Rahman dari Abu Hurairah, ia berkata: Telah bersabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. . . ”

Matan hadits ini maudhu’ (palsu). Kata Ibnu Hibban: “Matan hadits ini palsu & sanadnya sangat lemah, ka-rena ada dua rawi lemah:

1. Ibrahim bin Muhajir bin Mismar.
Kata Imam al-Bukhari: “Ia munkarul hadits. ”
Kata Imam an-Nasa-i: “Ia perawi lemah. ”
Kata Ibnu Hibban: “Ia sangat munkar haditsnya. ”
Kata Ibnu Hajar: “Ia perawi lemah. ”
Periksa: Mizaanul I’tidal (I/67), Taqribut Tahdzib (I/67 no. 255).

2. ‘Umar bin Hafsh bin Dzakwan.
Kata Imam Ahmad: “Kami tinggalkan haditsnya & kami bakar. ”
Kata Imam ‘Ali Ibnul Madini: “Ia seorang rawi yg tdk tsiqah. ”
Kata Imam an-Nasa-i: “Ia rawi matruk. ”
Periksa: Mizaanul I’tidal (III/189). Lihat Silsilah Ahaadits adh-Dha’ifah wal Maudhu’ah (no. 1248).

Al-Hafizh Ibnu Katsir berkata: “Hadits ini gharib & munkar, karena Ibrahim bin Muhajir & Syaikhnya (yaitu, ‘Umar bin Hafsh) diperbincangkan (oleh para ulama hadits). ”

Lihat Tafsiir Ibni Katsir (III/156), cet. Daarus Salam, th. 1413 H.

HADITS KEDUA BELAS
مَنْ سَمِعَ سُوْرَةَ يَس عَدَلَتْ لَهُ عِشْرِيْنَ دِيْنَارًا فِيْ سَبِيْلِ اللَّهِ وَمَنْ قَرَأَهَا عَدَلَتْ لَهُ عِشْرِيْنَ حَجَّةً وَمَنْ كَتَبَهَا وَشَرِبَهَا أَدْخَلَتْ جَوْفَهُ أَلْفَ يَقِيْنٍ وَأَلْفَ نُوْرٍ وَأَلْفَ بَرَكَةٍ وَأَلْفَ رَحْمَةٍ وَأَلْفَ رِزْقٍ وَنَـزَعَتْ مِنْهُ كُلَّ غِلٍّ وَدَاءٍ .

"Barangsiapa mendengar bacaan surat Yaasiin, ia akan diberi ganjaran 20 Dinar pd jalan Allah. Dan barang siapa yg membacanya diberi ganjaran ke-padanya laksana ganjaran 20 kali melakukan ibadah Haji. & barang siapa yg menuliskannya kemu-dian ia meminum airnya maka akan dimasukkan ke dalam rongga dadanya seribu keyakinan, seribu ca-haya, seribu berkah, seribu rahmat, seribu rizki, & dicabut (dihilangkan) segala macam kesulitan & penyakit. ”

Keterangan: HADITS INI (مَوْضُوْعٌ) PALSU
Hadits ini diriwayatkan oleh al-Khatib dari ‘Ali, lalu ia berkata: “Hadits ini palsu. ”
Ibnu ‘Adiy berkata: “Dalam sanadnya ada rawi yg tertuduh memalsukan hadits, yaitu Ahmad bin Harun. ”
Mizaanul I’tidal (I/162).

Dalam sanad hadits ini terdapat Isma’il bin Yahya al-Baghdadi. Shalih bin Muhammad Jazarah berkata: “Ia (Isma’il) sering memalsukan hadits. ” Imam Daraquthni berkata: “Ia seorang tukang dusta & matruk. ” Imam al-Azdiy berkata: “Ia salah seorang tukang dusta, & tdk halal meriwayatkan daripadanya. ”

Periksa: Al-Maudhu’at oleh Ibnul Jauzi (I/246-247) & Mizaanul I’tidal (I/253-254).

HADITS KETIGA BELAS
يَس لِمَا قُرِأَتْ لَهُ.

“Surat Yaasiin itu bisa memberi manfaat bagi sesuatu tujuan yg dibacakan untuknya. ”

Keterangan: HADITS INI (لاَ أَصْلَ لَهُ) TIDAK ADA ASALNYA
Periksa: Al-Mashnu’ fii Ma’rifatil Haditsil Maudhu’, oleh ‘Ali al-Qari’ (no. 414 hal. 215-216), ta’liq: Abdul Fattah Abu Ghuddah.
Kata Imam as-Sakhawi: “Hadits ini tdk ada asalnya. ”
Periksa: Al-Maqaashidul Hasanah (no. 1342).

HADITS KEEMPAT BELAS
يَس قَلْبُ الْقُرْآنِ لاَيَقْرَأُهَا رَجُلٌ يُرِيْدُ اللَّهَ وَالدَّارَ اْلآخِرَةَ إِلاَّ غُفِرَ لَهُ وَاقْرَؤُوْهَا عَلَى مَوْتَاكُمْ

Surat Yaasiin itu hatinya al-Qur-an, tidaklah seseorang membacanya karena mengharapkan keridhaan Allah & negeri akhirat (Surga-Nya), melainkan akan di-ampuni dosanya. Oleh karena itu, bacakanlah surat Yaasiin itu utk orang-orang yg akan mati di an-tara kalian. ”

Keterangan: HADITS INI (ضَعِيْفٌ) LEMAH
Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad (V/26) & an-Nasa-i dalam kitab Amalul Yaum wal Lailah (no. 1083) dari jalan Mu’tamir, dari ayahnya, dari seseorang, dari AYAH-NYA, dari Ma’qil bin Yasar, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, . . . . ”

Dalam hadits ini ada tiga orang yg majhul (tidak di-ketahui namanya & keadaannya). Jadi, hadits ini lemah & tdk boleh dipakai.
Periksa: Fat-hur Rabbani (VII/63).

HADITS KELIMA BELAS
اِقْرَأُوْا يَس عَلَى مَوْتَاكُمْ.

“Bacakan surat Yaasiin kepada orang yg akan mati di antara kalian. ”

Keterangan: HADITS INI (ضَعِيْفٌ) LEMAH
Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad (V/26-27), Abu Dawud (no. 3121), Ibnu Abi Syaibah, an-Nasa-i dalam Amalil Yaum wal Lailah (no. 1082), Ibnu Majah (no. 1448), al-Hakim (I/565), al-Baihaqi (III/383) & ath-Thayalisi (no. 973), dari jalan Sulaiman at-Taimi, dari ABU UTSMAN (bukan an-Nahdi), dari AYAHNYA dari Ma’qil bin Yasar, ia berkata: “Telah bersabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam: . . . ”

Hadits ini LEMAH, karena ada tiga sebab yg men-jadikan hadits ini lemah:
1. ABU ‘UTSMAN seorang rawi majhul.
2. AYAHNYA juga majhul.
3. Hadits ini mudhtarib (goncang) sanadnya.

Penjelasan Para Imam Ahli Hadits Tentang Hadits Ini
1. Tentang ABU UTSMAN
- Kata Imam adz-Dzahabi: “Abu ‘Utsman rawi yg tdk dikenal (majhul). ”
- Ali Ibnul Madini: “Tidak ada yg meriwayatkan dari Abu Utsman melainkan Sulaiman at-Taimi. ”
Maksud Ibnul Madini ialah: Bahwa Abu ‘Utsman ini majhul.
Periksa: Mizaanul I’tidaal (IV/550), Tahdziibut Tahdziib (XII/182) & Irwaa-ul Ghaliil fii Takhriji Ahaadits Manaris Sabil (III/151, no. 688).
- Kata Ibnul Mundzir: “Abu Utsman & bapaknya bukan orang yg masyhur (tidak dikenal). ”
Lihat ‘Aunul Ma’bud (VIII/390).
- Kata Imam Ibnul Qaththan: “Hadits ini ada ‘illat (penyakit)-nya, serta hadits ini MUDHTHORIB (goncang) & Abu ‘Utsman majhul. ”
- Kata Abu Bakar Ibnul ‘Arabi & ad-Daraquthni: “Hadits dha’if isnadnya & majhul, & tdk ada satupun hadits yg shahih dalam bab ini (yaitu dalam bab membacakan Yaasiin utk orang yg akan mati). ”
Periksa: Talkhisul Habir ma’asy Syarhil Muhadzdzab (V/110), Fat-hur Rabbani (VII/63) Irwaa-ul Ghaliil (III/151).
-Kata Imam an-Nawawi: “Isnad hadits ini dha’if, di dalamnya ada dua orang yg majhul (Abu ‘Utsman & bapaknya). ”
Lihat al-Adzkaar (hal. 122).

2. Tentang bapaknya Abu Utsman.
Ia ini rawi yg mubham (seorang rawi yg tdk diketahui namanya). Ia dikatakan majhul oleh para ulama Ahli Hadits, karena selain tdk diketahui na-manya juga tdk diketahui tentang biografinya.

3. Hadits ini MUDHTARIB.
Hal ini karena di sebagian riwayat disebutkan: Dari Abu Utsman, dari ayahnya, dari Ma’qil bin Yasar. Se-dangkan riwayat lain menyebutkan dari Abu Utsman dari Ma’qil tanpa menyebut dari ayahnya.

Kesimpulan: Hadits ini lemah & tdk boleh dipakai hujjah.

HADITS KEENAM BELAS
Imam Ahmad meriwayatkan dalam Musnad-nya (IV/ 105) dari jalan Shafwan. Ia (Shafwan) berkata:

حَدَّثَنِي الْمَشْيَخَةُ أَنَّهُمْ حَضَرُوْا غُضَيْفَ بْنَ الْحَارِثِ الثُّمَالِيَّ حِينَ اشْتَدَّ سَوْقُهُ فَقَالَ هَلْ مِنْكُمْ أَحَدٌ يَقْرَأُ يس قَالَ فَقَرَأَهَا صَالِحُ بْنُ شُرَيْحٍ السَّكُونِيُّ فَلَمَّا بَلَغَ أَرْبَعِينَ مِنْهَا قُبِضَ قَالَ: فَكَانَ الْمَشْيَخَةُ يَقُولُونَ إِذَا قُرِئَتْ عِنْدَ الْمَيِّتِ خُفِّفَ عَنْهُ بِهَا، قَالَ صَفْوَانُ: وَقَرَأَهَا عِيسَى بْنُ الْمُعْتَمِرِ عِنْدَ ابْنِ مَعْبَدٍ.

“Telah berkata kepadaku beberapa Syaikh bahwa-sanya mereka hadir ketika Ghadhief bin Harits me-ngalami naza’ (sakaratil maut), seraya berkata: ‘Si-apakah dari antara kamu yg dapat membacakan surat Yaasiin?’ Lalu Sholeh bin Syuraih as-Sakuni membacakannya. Maka, ketika sampai pd ayat ke-40, ia (Ghadhief) wafat. Shafwan berkata: Para Syaikh berkata: ‘Bila dibacakan surat Yaasiin di sisi orang yg mau meninggal, niscaya diringankan bagi si mayyit (keluarnya ruh) dg sebab bacaan itu. ’ Kata Shafwan: ‘Kemudian ‘Isa bin Mu’tamir memba-cakan surat Yaasiin di sisi Ibnu Ma’bad. ’”
(HR. Ahmad (IV/105)).

Keterangan: RIWAYAT INI (مَقْطُوْعٌ) MAQTHU’
yaitu riwayat ini hanya sampai kepada tabi’in, tdk sampai kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sedangkan riwayat maqthu’ tdk bisa dijadikan hujjah. Apalagi ri-wayat ini juga LEMAH, karena beberapa Syaikh yg disebutkan itu MAJHUL, tdk diketahui nama & kea-daan diri mereka masing-masing. Jadi, riwayat ini LEMAH DAN TIDAK BISA DIPAKAI.

Lihat Irwaa-ul Ghalil (III/151-152).

HADITS KETUJUH BELAS
مَا مِنْ مَيِّتٍ فَيُقْرَأُ عِنْدَهُ يَس إِلاَّ هَوَّنَ اللَّهُ عَلَيْهِ.

Tidak ada seorang pun yg akan mati, lalu dibaca-kan surat Yaasiin, di sisinya (yaitu ketika ia sedang naza’) melainkan Allah akan mudahkan (kematian) atasnya. ”

Keterangan: HADITS INI (مَوْضُوْعٌ) PALSU
Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Nu’aim dalam kitab Akhbaru Ahsbahan (I/188) dari jalan MARWAN BIN SALIM ALJAZARY dari Shafwan bin ‘Amr dari Syuraih dari Abu Darda secara marfu’.

Dalam sanad hadits ini ada seorang rawi yg sering memalsukan hadits, yaitu MARWAN BIN SALIM AL-JAZARY.
Kata Imam Ahmad & an-Nasa-i: “Ia tdk bisa di-percaya. ”
Kata Imam al-Bukhari, Muslim, & Abu Hatim: “Ia munkarul hadits. ”
Kata Abu Arubah al-Harrani: “Ia sering memalsukan hadits. ”
Periksa: Mizaanul I’tidal (IV/90-91). Lihat juga Irwaa-ul Ghalil (III/152).

Penjelasan Ibnu Qayyim al-Jauziyyah Tentang Fadhilah-Fadhilah Surat
Al-‘Allamah Ibnul Qayyim (wafat th. 751 H) berkata: “(Riwayat-riwayat) yg menyebutkan tentang keutamaan-keutamaan (fadhaa-il) surat-surat & ganjaran bagi orang yg membaca surat ini akan mendapat pahala begini & begitu dari awal al-Qur-an sampai akhir sebagaimana yg disebutkan oleh Tsa’labi & Wahidi pd awal tiap-tiap surat & Zamakhsyari pd akhir surat, semuanya ini kata ‘Abdullah bin Mubarak: ‘Semua hadits yg mengata-kan: ‘Barang siapa yg membaca surat ini akan diberikan ganjaran begini & begitu. . . . SEMUA HADITS TENTANG ITU ADALAH PALSU. Mereka (para pemalsu hadits) mengatasnamakan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sesungguhnya orang-orang yg membuat hadits-hadits itu telah mengakui mereka memalsukannya. ’”

Mereka berkata: “Tujuan kami membuat hadits-hadits palsu agar manusia sibuk dg (membaca al-Qur-an) & menjauhkan (kitab-kitab) selain al-Qur-an. ” Mereka (para pemalsu hadits) adalah orang-orang yg sangat bodoh!!! Apakah mereka tdk tahu hadits:

مَنْ يَقُلْ عَلَيَّ مَالَمْ أَقُلْ، فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ.

“Barangsiapa yg berkata apa yg aku tdk katakan, maka hendaklah ia mengambil tempat duduknya dari Neraka. ” (Hadits mutawatir. )

Periksa: Al-Manarul Muniif fis Shahih wadh Dhai’if hal. 113-115, tahqiq: Abdul Fattah Abu Ghuddah.

KHATIMAH
Hadits-hadits tentang fadhilah surat Yaasiin adalah LEMAH & PALSU, sebagaimana yg sudah saya te-rangkan di atas. Oleh karena itu hadits-hadits tersebut tdk bisa dipakai hujjah utk menyatakan keutamaan surat ini dari surat-surat yg lain & tdk bisa pula utk menetapkan ganjaran / penghapusan dosa bagi yg membaca surat ini. Tentang masalah mendapat gan-jaran bagi orang yg membaca al-Qur-an memang ada, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ، وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا، لاَ أَقُوْلُ: آلم حَرْفٌ؛ وَلَكِنْ: آلِفٌ حَرْفٌ، وَلاَمٌ حَرْفٌ، ومِيْمٌ حَرْفٌ.

“Barangsiapa yg membaca satu huruf dari al-Qur-an, akan mendapatkan suatu kebaikan. Sedang satu keba-ikan akan dilipatkan sepuluh kali lipat. Aku tdk berkata, Alif laam miim, satu huruf. akan tetapi alif satu huruf, laam satu huruf & miim satu huruf.

(HR. At-Tirmidzi (no. 2910). Lihat pula Shahih at-Tirmidzi (III/9) & Shahih al-Jaami’ush Shaghir (no. 6469), dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu).

Sesudah kita membaca, kita diperintah utk mema-hami isi al-Qur-an. Karena Allah memerintahkan utk mentadabburkan & mengamalkan isi al-Qur-an.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
"Maka apakah mereka tdk memperhatikan al- Qur-an? Kalau kiranya al-Qur-an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yg banyak di dalamnya. ” (An-Nisaa’: 82)

“Maka apakah mereka tdk memperhatikan al-Qur-an atau-kah hati mereka terkunci?” (QS. Muhammad: 24)

MARAJI’
1. Tafsir Ibni Katsir, cet. Daarus Salaam, th. 1413 H.
2. Shahih al-Bukhari.
3. Shahih Muslim.
4. Sunan ad-Darimi.
5. Sunan at-Tirmidzy.
6. Sunan Abi Dawud.
7. Sunan Ibni Majah.
8. Musnad Imam Ahmad, cet. Daarul Fikr, th. 1398 H.
9. Mushannaf Ibni Abi Syaibah.
10. Musnad Abi Dawud ath-Thayalisy, cet. Daar Hajr, tahun 1419 H.
11. Kitaabus Sunnah libni ‘Ashim, oleh Imam Muhammad Nashiruddin al-Albany, th. 1413 H.
12. Shahih Jami’ush Shaghiir, oleh Imam Muhammad Na-shiruddin al-Albany.
13. Al-Maudhu’atul Kubra’, oleh Imam Ibnul Jauzy, cet. Daarul Fikr, th. 1403 H.
14. Al-Fawa-idul Majmu’ah fii Ahaaditsil Maudhu’ah, oleh Imam asy-Syaukany, tahqiq: Syaikh ‘Abdurrahman al-Mu’allimy, cet. Al-Maktab al-Islamy, th. 1407 H.
15. Mizanul I’tidal, oleh Imam adz-Dzahaby, tahqiq: ‘Ali Muhammad al-Bajaawy, cet. Daarul Fikr, th. 1403 H.
16. Lisanul Mizan, oleh al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalany.
17. Tuhfatudz Dzaakiriin Syarah Imam asy-Syaukany, cet. Daarul Fikr.
18. Misykatul Mashaabih, oleh Imam at-Tibrizy, ta’liq wa takhrij Imam Muhammad Nashiruddin al-Albany.
19. Tahdziibut Tahdziib, oleh al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqa-lany, cet. Daarul Fikr.
20. Taqriibut Tahdziib, oleh al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqa-lany, cet. Daarul Kutub al-‘Ilmiyyah.
21. Syu’abul Iman, oleh Imam al-Baihaqy.
22. Dha’if Jami’ush Shaghir, oleh Imam Muhammad Nashi-ruddin al-Albany.
23. Silsilatul Ahaadits adh-Dha’ifah wal Maudhu’ah, oleh Imam Muhammad Nashiruddin al-Albany.
24. At-Tauhid, oleh Ibnu Khuzaimah.
25. Adh-Dhu’afa’, oleh Ibnu Hibban.
26. Asma’ wash Shifat, oleh Imam al-Baihaqy.
27. Al-Mu’jamul Ausath, oleh Imam ath-Thabrany.
28. Al-Mashnu’ fii Ma’rifatil haditsil Maudhu’, oleh Imam Ali al-Qari’, tahqiq: ‘Abdul Fattah Abu Ghuddah, cet. Mu-assasah ar-Risalah, th. 1398 H.
29. Al-Maqashidul Hasanah fii Bayaan Katsir minal Ahaadits Musytahirah ‘alal Alsinah, oleh Syaikh Muhammad ‘Abdurrahman as-Sakhawy, tahqiq: Muhammad ‘Uts-man al-Khusyt, cet. Daarul Kitaab al-‘Araby, th. 1414 H.
30. Fat-hur Rabbany, oleh Syaikh Abdurrahman al-Banna.
31. Amalil Yaum wal Lailah, oleh Imam an-Nasa-i.
32. Shahih al-Adzkaar wa Dha’iifuhu, oleh Syaikh Salim bin ‘Ied al-Hilaly.
33. Kitabul Adzkaar, oleh Imam an-Nawawy.
34. Irwaa-ul Ghaliil, oleh Imam Muhammad Nashiruddin al-Albany.
35. Shahih at-Tirmidzi bi Ikhtishaaris Sanad, oleh Imam Mu-hammad Nashiruddin al-Albany, cet. I-Maktabah at-Tarbiyah al-‘Arabi lid Duwal al-Khalij, th. 1409 H.
36. ‘Aunul Ma’bud Syarah Sunan Abi Dawud, oleh Abu ath-Thayyib Syamsul Haq al-‘Azhim Abady, cet. Daarul Fikr, th. 1415 H.

(Disalin dari kitab Ar-Rasaail Jilid-1, Penulis Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka Abdullah, Cetakan Pertama Ramadhan 1425H/Oktober 2004M)
Penulis: Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas & diterbitkan oleh almanhaj. or. id

Kelemahan Hadits-Hadits Tentang Fadhilah Yaasiin, Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas

Setiap Muslim diperintah utk membaca al-Qur-an, sebagaimana ayat pertama yg turun memerintahkan kita utk membaca: “ إِقْرَأْ(bacalah). ”

Al-Qur-an yg terdiri dari 30 (tiga puluh) juz mulai surat al-Fatihah sampai surat an-Naas jelas mempunyai keutamaan & kaum Muslimin berkewajiban mengamal-kannya.

Oleh karena itu, sangat dianjurkan agar ummat Islam membaca al-Qur-an, & kalau sanggup mengkhatam-kannya sepekan sekali, / sepuluh hari sekali, / dua puluh hari sekali, / setiap bulan sekali dikhatamkan-nya. Berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

اِقْرَأِ الْقُرْآنَ فِيْ كُلّ ِ شَهْرٍ، اِقْرَأْهُ فِيْ عِشْرِيْنَ لَيْلَةً، اِقْرَأْهُ فِيْ
عَشْرٍ، اِقْرَأْهُ فِيْ سَبْعٍ، وَلاَ تَزِدْ عَلَى ذَلِكَ.

“Bacalah al-Qur-an (khatamkanlah) sebulan sekali, kha-tamkanlah al-Qur-an setiap dua puluh hari sekali, kha-tamkanlah setiap sepuluh hari sekali, & khatamkanlah setiap sepekan sekali, jangan lebih dari itu. ”

(HR. Al-Bukhari (no. 5053-5054), Muslim (no. 1159) (184)) & Abu Dawud (no. 1388), dari ‘Abdullah bin ‘Amr. Lihat Shahih Jami’ush Shaghiir (no. 1158)).

Kebanyakan kaum Muslimin di mana-mana sering membaca surat Yaasiin, seolah-olah anjuran Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam utk membaca al-Qur-an dimaksudkan adalah surat Yaasiin, sepertinya al-Qur-an itu isinya hanyalah surat Yaasiin saja, karena sangat sering sekali kita mendengar kaum Muslimin & Muslimat membaca surat Yaasiin di rumah, di majlis-majlis ta’lim, di masjid-masjid, di sekolah, di pondok-pondok & bahkan sering pula kita dengar dibacakan utk orang yg sedang naza’ (akan mati) & dibacakan di pemakaman kaum Muslimin. Dari isi al-Qur-an yg terdiri dari 114 surat hanya surat Yaasiin saja yg banyak dihafal oleh kaum Muslimin.

Kita sangat gembira dg banyaknya orang yg hafal surat Yaasiin, tetapi kita yakin tentunya ada bebe-rapa faktor yg mendorong kaum Muslimin menghafal surat tersebut. Setelah kita periksa, ternyata memang ada faktor pendorongnya, yaitu beberapa hadits yg mene-rangkan keutamaan (fadhilah) & ganjaran bagi orang yg membaca surat Yaasiin, tetapi hadits-hadits yg menerangkan surat Yaasiin adalah LEMAH SEMUANYA.

Saya akan sebutkan & jelaskan kelemahan hadits-hadits tersebut, supaya kaum Muslimin mengetahui bah-wa hadits-hadits tersebut tdk bisa dipakai hujjah, mes-kipun utk fadhaa-ilul a’maal.

Selanjutnya saya akan jelaskan pula kelemahan hadits-hadits yg menganjurkan membacakan surat Yaasiin utk orang yg sedang naza’ (akan mati) maupun me-nganjurkan utk orang yg sudah mati.

Yang perlu diingat & diperhatikan dari tulisan ini ialah, bahwa dg membahas masalah ini bukan berarti saya melarang (mengharamkan) baca surat Yaasiin, akan tetapi saya ingin menjelaskan kesalahan orang-orang yg menyandarkan dalil keutamaannya kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, sedang berdusta atas nama Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah diharamkan & diancam masuk Neraka.

Selain itu pula, kita wajib melihat apakah ada contoh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yg menerangkan bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca surat Yaasiin setiap malam Jum’at, setiap mulai / menutup majlis ta’lim, ketika ada orang mati & lain-lain?!

Mudah-mudahan dari penjelasan & keterangan ini bukan mematahkan semangat, tetapi malah sebagai do-rongan utk membaca & menghafal seluruh isi al-Qur-an & berupaya utk mengamalkannya.

Hadits-Hadits Fadhilah Yaasiin Yang Lemah Dan Palsu

HADITS PERTAMA
مَنْ قَرَأَ يَس فِيْ لَيْلَةٍ أَصْبَحَ مَغْفُوْرًا لَهُ

“Barangsiapa yg membaca surat Yaasiin dalam satu malam, maka ketika ia bangun pagi hari diampuni dosanya. ”

Riwayat Ibnul Jauzi dalam al-Maudhu’at (I/247).

Keterangan: HADITS INI (مَوْضُوْعٌ) PALSU
Diriwayatkan dari Abu Hurairah, Ibnul Jauzi berkata: Hadits ini dari semua jalannya adalah bathil, tdk ada asalnya. Imam Daraquthni berkata: “MUHAMMAD BIN ZAKARIA yg ada dalam sanad hadits ini adalah tukang memalsukan hadits. ”

(Periksa: Al-Maudhuu’aat oleh Ibnul Jauzi (I/246-247), Mizaanul I’tidal (III/549), Lisaanul Mizan (V/168), al-Fawaa-idul Majmu’ah fii Ahaaditsil Maudhu’ah (hal. 268 no. 944)).

HADITS KEDUA
مَنْ قَرَأَ يَس فِيْ لَيْلَةٍ ابْتِغَاءَ وَجْهِ اللهِ غُفِرَ لَهُ.

“Barangsiapa membaca surat Yaasiin pd malam hari karena keridhaan Allah, niscaya Allah ampuni dosanya. ”

Keterangan: HADITS INI (ضَعِيْفٌ) LEMAH
Diriwayatkan oleh ath-Thabrani dalam kitabnya, al-Mu’jamul Ausaath, & al-Mu’jamush Shaghiir dari Abu Hurairah, tetapi di dalam sanadnya ada AGHLAB BIN TAMIIM. Kata Imam al-Bukhari: “Ia munkarul hadits. ” Kata Ibnu Ma’in: “Ia tdk ada apa-apanya (tidak kuat). ”

(Periksa: Mizaanul I’tidal (I/273-274) & Lisanul Mizan (I/464-465)).

HADITS KETIGA
مَنْ قَرَأَ يَس فِيْ لَيْلَةٍ ابْتِغَاءَ وَجْهِ اللهِ غُفِرَ لَهُ فِيْ تِلْكَ اللَّيْلَةِ.

“Barangsiapa membaca surat Yaasiin pd malam hari karena mencari keridhaan Allah, maka ia akan diampuni dosanya pd malam itu. ”

Keterangan: HADITS INI (ضَعِيْفٌ) LEMAH
Hadits ini diriwayatkan oleh Imam ad-Daarimi dari jalan Walid bin Syuja’, ayahku telah menceritakan kepada saya, Ziyad bin Khaitsamah telah menceritakan kepada saya dari Muhammad bin Juhadah dari al-Hasan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.

(Sunan ad-Darimi (II/457)).

Hadits ini diriwayatkan juga oleh al-Baihaqi, Abu Nua’im & al-Khathib dari jalan al-Hasan, dari Abu Hurairah.

Hadits ini MUNQATHI’, karena dalam semua sanad-nya terdapat al-Hasan bin Abil Hasan al-Bashriy, ia tdk mendengar dari Abu Hurairah.

Imam adz-Dzahabi berkata: “Al-Hasan tdk mende-ngar dari Abu Hurairah, maka semua hadits-hadits yg ia riwayatkan dari Abu Hurairah termasuk dari jumlah hadits-hadits munqathi’. ”

Periksa: Mizaanul I’tidal (I/527 no. 1968), al-Fawaa-idul Majmua’ah (hal. 269, no. 945), tahqiq Syaikh ‘Abdur-rahman al-Mu’allimy)

HADITS KEEMPAT
مَنْ دَاوَمَ عَلَى قِرَاءَةِ يَس فِي كُلِّ لَيْلَةٍ ثُمَّ مَاتَ، مَاتَ شَهِيْدًا.

“Barangsiapa terus-menerus membaca surat Yaasiin pd setiap malam kemudian ia mati, maka ia mati syahid. ”

Keterangan: HADITS INI (مَوْضُوْعٌ) PALSU
Hadits ini diriwayatkan oleh ath-Thabrani dalam al-Mu’jamush Shaghir dari Shahabat Anas radhiyallahu ‘anhu, tetapi di dalam sanadnya ada Sa’id bin Musa al-Azdiy, ia seorang tukang dusta & ia dituduh oleh Ibnu Hibban sering memalsukan hadits.

(Periksa: Tuhfatudz Dzakirin (hal. 340), Mizaanul I’tidal (II/159-160), Lisanul Mizan (III/44-45)).

HADITS KELIMA
مَنْ قَرَأَ يَس فِيْ صَدْرِ النَّهَارِ قُضِيَتْ حَوَائِجُهُ.

“Barangsiapa membaca surat Yaasiin pd permulaan siang (=di pagi hari), maka terpenuhi semua hajatnya (=keperluannya). ”

Keterangan: HADITS INI (ضَعِيْفٌ) LEMAH
Hadits ini diriwayatkan oleh Imam ad-Darimi dari jalan al-Walid bin Syuja’, telah menceritakan kepadaku Ziyad bin Khaitsamah, dari Muhammad bin Juhadah dari ‘ATHA’ BIN ABI RABAH, ia berkata: “Telah sampai kepadaku bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, . . . ”

Hadits ini mursal, karena ‘Atha’ bin Abi Rabah tdk bertemu dg Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ia lahir kurang lebih tahun 24 Hijriyah & wafat tahun 114 H.

Periksa: Sunan ad-Darimi (II/457), Misykatul Mashaabih (takhrij no. 2177), Mizaanul I’tidal (III/70) & Taqribut Tahdzib (II/22)

HADITS KEENAM
مَنْ قَرَأَ يَس مَرَّةً فَكَأَنَّمَا قَرَأَ الْقُرْآنَ مَرَّتَيْنِ.

“Barangsiapa membaca surat Yaasiin satu kali seolah-olah ia membaca al-Qur-an dua kali. ”
(HR. Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman).

Keterangan: HADITS INI (مَوْضُوْعٌ) PALSU
Lihat Dha’if Jami’ush Shaghir (no. 5789) & Silsilatul Ahaadits adh-Dha’ifah wal Maudhu’ah (no. 4636) oleh Syaikh al-Albany).

HADITS KETUJUH
مَنْ قَرَأَ يَس مَرَّةً فَكَأَنَّمَا قَرَأَ الْقُرْآنَ عَشْرَ مَرَّاتٍ.

“Barangsiapa membaca surat Yaasiin satu kali seolah-olah ia membaca al-Qur-an sepuluh kali. ”

(HR. Al-Baihaqi dalam kitab Syu’abul Iman dari Abu Hurairah).

Keterangan: HADITS INI (مَوْضُوْعٌ) PALSU
Lihat Dha’iif Jami’ush Shaghir (no. 5798) oleh Syaikh al-Albany.

HADITS KEDELAPAN
إِنَّ لِكُلِّ شَيْءٍ قَلْبًا وَقَلْبُ الْقُرْآنِ يَس، وَمَنْ قَرَأَ يَس كَتَبَ اللَّهُ لَهُ بِقِرَاءَتِهَا قِرَاءَةَ الْقُرْآنِ عَشْرَمَرَّاتٍ.

"Sesungguhnya tiap-tiap sesuatu mempunyai hati & hati (inti) al-Qur-an itu ialah surat Yaasiin. Barangsiapa yg membacanya, maka Allah akan memberikan pahala bagi bacaannya itu seperti pahala membaca al-Qur-an sepuluh kali. ”

Keterangan: HADITS INI (مَوْضُوْعٌ) PALSU
Hadits ini diriwayatkan oleh at-Tirmidzi (no. 2887) & ad-Darimi (II/456), dari jalan Humaid bin Abdur-rahman, dari al-Hasan bin Shalih dari Harun Abu Muhammad dari Muqatil bin Hayyan (yang benar Muqatil bin Sulaiman) dari Qatadah dari Anas secara marfu’.

Dalam hadits ini terdapat dua rawi yg LEMAH:
1. HARUN ABU MUHAMMAD
Majhul (tidak dikenal riwayat hidupnya).
Kata Imam adz-Dzahabi: “Aku menuduhnya majhul. ”
Mizaanul I’tidal IV/288.

2. MUQATIL BIN HAYYAN.
Kata Ibnu Ma’in: “Dha’if. ”
Kata Imam Ahmad bin Hanbal: “Aku tdk peduli ke-pada Muqatil bin Hayyan & Muqatil bin Sulaiman. ”
Periksa: Mizaanul I’tidal IV/171-172.
Imam Ibnu Abi Hatim berkata dalam kitabnya, al-‘Ilal (II/55-56): “Aku pernah bertanya kepada ayahku tentang hadits ini. Jawabnya: ‘Muqatil yg ada dalam sanad hadits ini adalah Muqatil bin Sulaiman, aku mendapati hadits ini di awal kitab yg disusun oleh MUQATIL BIN SULAIMAN. Dan ini adalah hadits BATIL, TIDAK ADA ASALNYA. ’”

Periksa: Silsilatul Ahaadits adh-Dha’ifah (no. 169, hal. 312-313).
Imam adz-Dzahabi juga membenarkan bahwa Muqatil dalam hadits ini ialah MUQATIL BIN SULAIMAN.
Periksa: Mizaanul I’tidal (IV/172).

Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albany berkata: “Apabila sudah jelas bahwa Muqatil yg dimaksud adalah Muqatil bin Sulaiman, sebagaimana yg sudah dinyatakan oleh Imam Abu Hatim & diakui oleh Imam adz-Dzahabi, maka hadits ini MAUDHU’ (PALSU). ”
Periksa: Silsilatul Ahaadits adh-Dha’ifah (no. 169, hal. 313-314. )

Kata Imam Waqi’: “Muqatil bin Sulaiman adalah tu-kang dusta (kadzdzab). ”
Kata Imam an-Nasa-i: “Muqatil bin Sulaiman sering dusta. ”
Periksa: Mizaanul I’tidal (IV/173).

HADITS KESEMBILAN
مَنْ قَرَأَ يَس حِيْنَ يُصْبِحُ يُسِرَ يَوْمُهُ حَتَّى يُمْسِيَ، وَمَنْ قَرَأَهَا فِيْ صَدْرِ لَيْلَةٍ أُعْطِيَ يُسْرَ لَيْلَتِهِ.

“Barangsiapa baca surat Yaasiin di pagi hari, maka akan dimudahkan urusan hari itu sampai sore. Dan barang siapa membacanya di awal malam (sore hari), maka akan diberi kemudahan urusan malam itu sampai pagi. ”

Keterangan: HADITS INI (ضَعِيْفٌ) LEMAH
Hadits ini diriwayatkan oleh Imam ad-Darimi (II/457) dari jalan Amr bin Zararah, telah menceritakan kepada kami Abdul Wahhab, telah menceritakan kepada kami Rasyid Abu Muhammad al-Himani, dari Syahr bin Hau-syab, ia berkata: Ibnu Abbas telah berkata. . .

Dalam sanad hadits ini ada Syahr bin Hausyab, kata Ibnu Hajar: “Ia banyak memursalkan hadits & banyak keliru. ”
Periksa: Taqriib (I/423 no. 2841), Mizaanul I’tidal (II/283).

Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albany berkata: “Syahr Bin Hausyab lemah & tdk boleh dipakai se-bagai hujjah, karena banyak salahnya. ”
Periksa: Silsilatul Ahaadits adh-Dha’ifah wal Maudhu’ah jilid I halaman 426.
Hadits ini juga mauquf (hanya sampai Shahabat saja).

HADITS KESEPULUH
مَنْ قَرَأَ يَس كُلَّ لَيْلَةٍ غُفِرَ لَهُ.

“Barangsiapa membaca surat Yaasiin setiap malam, niscaya diampuni (dosa)nya. ”
(HR. Al-Baihaqy dalam Syu’abul Iman)

Keterangan: HADITS INI (ضَعِيْفٌ) LEMAH
Lihat Dha’if Jami’ush Shaghir hadits no. 5788 & Silsilah Ahaadits adh-Dha’ifah wal Maudhu’ah no. 4636.

HADITS KESEBELAS
إِنَّ اللَّهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى قَرَأَ طه ويَس قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ آدَمَ بِأَلْفَيْ عَامٍ فَلَمَّا سَمِعَتِ الْمَلاَئِكَةُ الْقُرْآنَ قَالُوْا: طُوْبَى ِلأُمَّةٍ يَنْزِلُ هَذَا عَلَيْهِمْ وَطُوْبَى ِلأَلْسُنٍ تَتَكَلَّمُ بِهَذَا وَطُوْبَى ِلأَجْوَافٍ تَحْمِلُ هَذَا.

“Sesungguhnya Allah Ta’ala membaca surat Thaaha & Yaasiin 2000 (dua ribu) tahun sebelum diciptakan-nya Nabi Adam. Tatkala para Malaikat mendengar al-Qur-an (yaitu kedua surat itu) seraya berkata: ‘Ber-bahagialah bagi ummat yg turun al-Qur-an atas mereka, alangkah baiknya lidah-lidah yg berkata dg ini (membacanya) & baiklah rongga-rongga yg membawanya (yaitu menghafal kedua surat itu).

Keterangan: HADITS INI (مُنْكَرٌ) MUNKAR
Hadits ini diriwayatkan oleh ad-Darimi (II/456), Ibnu Khuzaimah dalam kitab at-Tauhid (no. 328), Ibnu Hibban dalam kitab adh-Dhu’afa (I/108), Ibnu Abi ‘Ashim dalam as-Sunnah (no. 607), al-Baihaqy dalam al-Asma’ wash Shifat (I/365) & ath-Thabrany dalam al-Mu’jamul Ausath (no. 4873), dari jalan Ibrahim bin Muhajir bin Mismar, ia ber-kata: “Telah menceritakan kepada kami Umar bin Hafsh bin Dzakwan dari Maula al-Huraqah. ” Kata Ibnu Khu-zaimah: “Namanya Abdur Rahman bin Ya’qub bin al-‘Ala’ bin Abdur Rahman dari Abu Hurairah, ia berkata: Telah bersabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. . . ”

Matan hadits ini maudhu’ (palsu). Kata Ibnu Hibban: “Matan hadits ini palsu & sanadnya sangat lemah, ka-rena ada dua rawi lemah:

1. Ibrahim bin Muhajir bin Mismar.
Kata Imam al-Bukhari: “Ia munkarul hadits. ”
Kata Imam an-Nasa-i: “Ia perawi lemah. ”
Kata Ibnu Hibban: “Ia sangat munkar haditsnya. ”
Kata Ibnu Hajar: “Ia perawi lemah. ”
Periksa: Mizaanul I’tidal (I/67), Taqribut Tahdzib (I/67 no. 255).

2. ‘Umar bin Hafsh bin Dzakwan.
Kata Imam Ahmad: “Kami tinggalkan haditsnya & kami bakar. ”
Kata Imam ‘Ali Ibnul Madini: “Ia seorang rawi yg tdk tsiqah. ”
Kata Imam an-Nasa-i: “Ia rawi matruk. ”
Periksa: Mizaanul I’tidal (III/189). Lihat Silsilah Ahaadits adh-Dha’ifah wal Maudhu’ah (no. 1248).

Al-Hafizh Ibnu Katsir berkata: “Hadits ini gharib & munkar, karena Ibrahim bin Muhajir & Syaikhnya (yaitu, ‘Umar bin Hafsh) diperbincangkan (oleh para ulama hadits). ”

Lihat Tafsiir Ibni Katsir (III/156), cet. Daarus Salam, th. 1413 H.

HADITS KEDUA BELAS
مَنْ سَمِعَ سُوْرَةَ يَس عَدَلَتْ لَهُ عِشْرِيْنَ دِيْنَارًا فِيْ سَبِيْلِ اللَّهِ وَمَنْ قَرَأَهَا عَدَلَتْ لَهُ عِشْرِيْنَ حَجَّةً وَمَنْ كَتَبَهَا وَشَرِبَهَا أَدْخَلَتْ جَوْفَهُ أَلْفَ يَقِيْنٍ وَأَلْفَ نُوْرٍ وَأَلْفَ بَرَكَةٍ وَأَلْفَ رَحْمَةٍ وَأَلْفَ رِزْقٍ وَنَـزَعَتْ مِنْهُ كُلَّ غِلٍّ وَدَاءٍ .

"Barangsiapa mendengar bacaan surat Yaasiin, ia akan diberi ganjaran 20 Dinar pd jalan Allah. Dan barang siapa yg membacanya diberi ganjaran ke-padanya laksana ganjaran 20 kali melakukan ibadah Haji. & barang siapa yg menuliskannya kemu-dian ia meminum airnya maka akan dimasukkan ke dalam rongga dadanya seribu keyakinan, seribu ca-haya, seribu berkah, seribu rahmat, seribu rizki, & dicabut (dihilangkan) segala macam kesulitan & penyakit. ”

Keterangan: HADITS INI (مَوْضُوْعٌ) PALSU
Hadits ini diriwayatkan oleh al-Khatib dari ‘Ali, lalu ia berkata: “Hadits ini palsu. ”
Ibnu ‘Adiy berkata: “Dalam sanadnya ada rawi yg tertuduh memalsukan hadits, yaitu Ahmad bin Harun. ”
Mizaanul I’tidal (I/162).

Dalam sanad hadits ini terdapat Isma’il bin Yahya al-Baghdadi. Shalih bin Muhammad Jazarah berkata: “Ia (Isma’il) sering memalsukan hadits. ” Imam Daraquthni berkata: “Ia seorang tukang dusta & matruk. ” Imam al-Azdiy berkata: “Ia salah seorang tukang dusta, & tdk halal meriwayatkan daripadanya. ”

Periksa: Al-Maudhu’at oleh Ibnul Jauzi (I/246-247) & Mizaanul I’tidal (I/253-254).

HADITS KETIGA BELAS
يَس لِمَا قُرِأَتْ لَهُ.

“Surat Yaasiin itu bisa memberi manfaat bagi sesuatu tujuan yg dibacakan untuknya. ”

Keterangan: HADITS INI (لاَ أَصْلَ لَهُ) TIDAK ADA ASALNYA
Periksa: Al-Mashnu’ fii Ma’rifatil Haditsil Maudhu’, oleh ‘Ali al-Qari’ (no. 414 hal. 215-216), ta’liq: Abdul Fattah Abu Ghuddah.
Kata Imam as-Sakhawi: “Hadits ini tdk ada asalnya. ”
Periksa: Al-Maqaashidul Hasanah (no. 1342).

HADITS KEEMPAT BELAS
يَس قَلْبُ الْقُرْآنِ لاَيَقْرَأُهَا رَجُلٌ يُرِيْدُ اللَّهَ وَالدَّارَ اْلآخِرَةَ إِلاَّ غُفِرَ لَهُ وَاقْرَؤُوْهَا عَلَى مَوْتَاكُمْ

Surat Yaasiin itu hatinya al-Qur-an, tidaklah seseorang membacanya karena mengharapkan keridhaan Allah & negeri akhirat (Surga-Nya), melainkan akan di-ampuni dosanya. Oleh karena itu, bacakanlah surat Yaasiin itu utk orang-orang yg akan mati di an-tara kalian. ”

Keterangan: HADITS INI (ضَعِيْفٌ) LEMAH
Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad (V/26) & an-Nasa-i dalam kitab Amalul Yaum wal Lailah (no. 1083) dari jalan Mu’tamir, dari ayahnya, dari seseorang, dari AYAH-NYA, dari Ma’qil bin Yasar, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, . . . . ”

Dalam hadits ini ada tiga orang yg majhul (tidak di-ketahui namanya & keadaannya). Jadi, hadits ini lemah & tdk boleh dipakai.
Periksa: Fat-hur Rabbani (VII/63).

HADITS KELIMA BELAS
اِقْرَأُوْا يَس عَلَى مَوْتَاكُمْ.

“Bacakan surat Yaasiin kepada orang yg akan mati di antara kalian. ”

Keterangan: HADITS INI (ضَعِيْفٌ) LEMAH
Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad (V/26-27), Abu Dawud (no. 3121), Ibnu Abi Syaibah, an-Nasa-i dalam Amalil Yaum wal Lailah (no. 1082), Ibnu Majah (no. 1448), al-Hakim (I/565), al-Baihaqi (III/383) & ath-Thayalisi (no. 973), dari jalan Sulaiman at-Taimi, dari ABU UTSMAN (bukan an-Nahdi), dari AYAHNYA dari Ma’qil bin Yasar, ia berkata: “Telah bersabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam: . . . ”

Hadits ini LEMAH, karena ada tiga sebab yg men-jadikan hadits ini lemah:
1. ABU ‘UTSMAN seorang rawi majhul.
2. AYAHNYA juga majhul.
3. Hadits ini mudhtarib (goncang) sanadnya.

Penjelasan Para Imam Ahli Hadits Tentang Hadits Ini
1. Tentang ABU UTSMAN
- Kata Imam adz-Dzahabi: “Abu ‘Utsman rawi yg tdk dikenal (majhul). ”
- Ali Ibnul Madini: “Tidak ada yg meriwayatkan dari Abu Utsman melainkan Sulaiman at-Taimi. ”
Maksud Ibnul Madini ialah: Bahwa Abu ‘Utsman ini majhul.
Periksa: Mizaanul I’tidaal (IV/550), Tahdziibut Tahdziib (XII/182) & Irwaa-ul Ghaliil fii Takhriji Ahaadits Manaris Sabil (III/151, no. 688).
- Kata Ibnul Mundzir: “Abu Utsman & bapaknya bukan orang yg masyhur (tidak dikenal). ”
Lihat ‘Aunul Ma’bud (VIII/390).
- Kata Imam Ibnul Qaththan: “Hadits ini ada ‘illat (penyakit)-nya, serta hadits ini MUDHTHORIB (goncang) & Abu ‘Utsman majhul. ”
- Kata Abu Bakar Ibnul ‘Arabi & ad-Daraquthni: “Hadits dha’if isnadnya & majhul, & tdk ada satupun hadits yg shahih dalam bab ini (yaitu dalam bab membacakan Yaasiin utk orang yg akan mati). ”
Periksa: Talkhisul Habir ma’asy Syarhil Muhadzdzab (V/110), Fat-hur Rabbani (VII/63) Irwaa-ul Ghaliil (III/151).
-Kata Imam an-Nawawi: “Isnad hadits ini dha’if, di dalamnya ada dua orang yg majhul (Abu ‘Utsman & bapaknya). ”
Lihat al-Adzkaar (hal. 122).

2. Tentang bapaknya Abu Utsman.
Ia ini rawi yg mubham (seorang rawi yg tdk diketahui namanya). Ia dikatakan majhul oleh para ulama Ahli Hadits, karena selain tdk diketahui na-manya juga tdk diketahui tentang biografinya.

3. Hadits ini MUDHTARIB.
Hal ini karena di sebagian riwayat disebutkan: Dari Abu Utsman, dari ayahnya, dari Ma’qil bin Yasar. Se-dangkan riwayat lain menyebutkan dari Abu Utsman dari Ma’qil tanpa menyebut dari ayahnya.

Kesimpulan: Hadits ini lemah & tdk boleh dipakai hujjah.

HADITS KEENAM BELAS
Imam Ahmad meriwayatkan dalam Musnad-nya (IV/ 105) dari jalan Shafwan. Ia (Shafwan) berkata:

حَدَّثَنِي الْمَشْيَخَةُ أَنَّهُمْ حَضَرُوْا غُضَيْفَ بْنَ الْحَارِثِ الثُّمَالِيَّ حِينَ اشْتَدَّ سَوْقُهُ فَقَالَ هَلْ مِنْكُمْ أَحَدٌ يَقْرَأُ يس قَالَ فَقَرَأَهَا صَالِحُ بْنُ شُرَيْحٍ السَّكُونِيُّ فَلَمَّا بَلَغَ أَرْبَعِينَ مِنْهَا قُبِضَ قَالَ: فَكَانَ الْمَشْيَخَةُ يَقُولُونَ إِذَا قُرِئَتْ عِنْدَ الْمَيِّتِ خُفِّفَ عَنْهُ بِهَا، قَالَ صَفْوَانُ: وَقَرَأَهَا عِيسَى بْنُ الْمُعْتَمِرِ عِنْدَ ابْنِ مَعْبَدٍ.

“Telah berkata kepadaku beberapa Syaikh bahwa-sanya mereka hadir ketika Ghadhief bin Harits me-ngalami naza’ (sakaratil maut), seraya berkata: ‘Si-apakah dari antara kamu yg dapat membacakan surat Yaasiin?’ Lalu Sholeh bin Syuraih as-Sakuni membacakannya. Maka, ketika sampai pd ayat ke-40, ia (Ghadhief) wafat. Shafwan berkata: Para Syaikh berkata: ‘Bila dibacakan surat Yaasiin di sisi orang yg mau meninggal, niscaya diringankan bagi si mayyit (keluarnya ruh) dg sebab bacaan itu. ’ Kata Shafwan: ‘Kemudian ‘Isa bin Mu’tamir memba-cakan surat Yaasiin di sisi Ibnu Ma’bad. ’”
(HR. Ahmad (IV/105)).

Keterangan: RIWAYAT INI (مَقْطُوْعٌ) MAQTHU’
yaitu riwayat ini hanya sampai kepada tabi’in, tdk sampai kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sedangkan riwayat maqthu’ tdk bisa dijadikan hujjah. Apalagi ri-wayat ini juga LEMAH, karena beberapa Syaikh yg disebutkan itu MAJHUL, tdk diketahui nama & kea-daan diri mereka masing-masing. Jadi, riwayat ini LEMAH DAN TIDAK BISA DIPAKAI.

Lihat Irwaa-ul Ghalil (III/151-152).

HADITS KETUJUH BELAS
مَا مِنْ مَيِّتٍ فَيُقْرَأُ عِنْدَهُ يَس إِلاَّ هَوَّنَ اللَّهُ عَلَيْهِ.

Tidak ada seorang pun yg akan mati, lalu dibaca-kan surat Yaasiin, di sisinya (yaitu ketika ia sedang naza’) melainkan Allah akan mudahkan (kematian) atasnya. ”

Keterangan: HADITS INI (مَوْضُوْعٌ) PALSU
Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Nu’aim dalam kitab Akhbaru Ahsbahan (I/188) dari jalan MARWAN BIN SALIM ALJAZARY dari Shafwan bin ‘Amr dari Syuraih dari Abu Darda secara marfu’.

Dalam sanad hadits ini ada seorang rawi yg sering memalsukan hadits, yaitu MARWAN BIN SALIM AL-JAZARY.
Kata Imam Ahmad & an-Nasa-i: “Ia tdk bisa di-percaya. ”
Kata Imam al-Bukhari, Muslim, & Abu Hatim: “Ia munkarul hadits. ”
Kata Abu Arubah al-Harrani: “Ia sering memalsukan hadits. ”
Periksa: Mizaanul I’tidal (IV/90-91). Lihat juga Irwaa-ul Ghalil (III/152).

Penjelasan Ibnu Qayyim al-Jauziyyah Tentang Fadhilah-Fadhilah Surat
Al-‘Allamah Ibnul Qayyim (wafat th. 751 H) berkata: “(Riwayat-riwayat) yg menyebutkan tentang keutamaan-keutamaan (fadhaa-il) surat-surat & ganjaran bagi orang yg membaca surat ini akan mendapat pahala begini & begitu dari awal al-Qur-an sampai akhir sebagaimana yg disebutkan oleh Tsa’labi & Wahidi pd awal tiap-tiap surat & Zamakhsyari pd akhir surat, semuanya ini kata ‘Abdullah bin Mubarak: ‘Semua hadits yg mengata-kan: ‘Barang siapa yg membaca surat ini akan diberikan ganjaran begini & begitu. . . . SEMUA HADITS TENTANG ITU ADALAH PALSU. Mereka (para pemalsu hadits) mengatasnamakan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sesungguhnya orang-orang yg membuat hadits-hadits itu telah mengakui mereka memalsukannya. ’”

Mereka berkata: “Tujuan kami membuat hadits-hadits palsu agar manusia sibuk dg (membaca al-Qur-an) & menjauhkan (kitab-kitab) selain al-Qur-an. ” Mereka (para pemalsu hadits) adalah orang-orang yg sangat bodoh!!! Apakah mereka tdk tahu hadits:

مَنْ يَقُلْ عَلَيَّ مَالَمْ أَقُلْ، فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ.

“Barangsiapa yg berkata apa yg aku tdk katakan, maka hendaklah ia mengambil tempat duduknya dari Neraka. ” (Hadits mutawatir. )

Periksa: Al-Manarul Muniif fis Shahih wadh Dhai’if hal. 113-115, tahqiq: Abdul Fattah Abu Ghuddah.

KHATIMAH
Hadits-hadits tentang fadhilah surat Yaasiin adalah LEMAH & PALSU, sebagaimana yg sudah saya te-rangkan di atas. Oleh karena itu hadits-hadits tersebut tdk bisa dipakai hujjah utk menyatakan keutamaan surat ini dari surat-surat yg lain & tdk bisa pula utk menetapkan ganjaran / penghapusan dosa bagi yg membaca surat ini. Tentang masalah mendapat gan-jaran bagi orang yg membaca al-Qur-an memang ada, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ، وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا، لاَ أَقُوْلُ: آلم حَرْفٌ؛ وَلَكِنْ: آلِفٌ حَرْفٌ، وَلاَمٌ حَرْفٌ، ومِيْمٌ حَرْفٌ.

“Barangsiapa yg membaca satu huruf dari al-Qur-an, akan mendapatkan suatu kebaikan. Sedang satu keba-ikan akan dilipatkan sepuluh kali lipat. Aku tdk berkata, Alif laam miim, satu huruf. akan tetapi alif satu huruf, laam satu huruf & miim satu huruf.

(HR. At-Tirmidzi (no. 2910). Lihat pula Shahih at-Tirmidzi (III/9) & Shahih al-Jaami’ush Shaghir (no. 6469), dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu).

Sesudah kita membaca, kita diperintah utk mema-hami isi al-Qur-an. Karena Allah memerintahkan utk mentadabburkan & mengamalkan isi al-Qur-an.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
"Maka apakah mereka tdk memperhatikan al- Qur-an? Kalau kiranya al-Qur-an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yg banyak di dalamnya. ” (An-Nisaa’: 82)

“Maka apakah mereka tdk memperhatikan al-Qur-an atau-kah hati mereka terkunci?” (QS. Muhammad: 24)

MARAJI’
1. Tafsir Ibni Katsir, cet. Daarus Salaam, th. 1413 H.
2. Shahih al-Bukhari.
3. Shahih Muslim.
4. Sunan ad-Darimi.
5. Sunan at-Tirmidzy.
6. Sunan Abi Dawud.
7. Sunan Ibni Majah.
8. Musnad Imam Ahmad, cet. Daarul Fikr, th. 1398 H.
9. Mushannaf Ibni Abi Syaibah.
10. Musnad Abi Dawud ath-Thayalisy, cet. Daar Hajr, tahun 1419 H.
11. Kitaabus Sunnah libni ‘Ashim, oleh Imam Muhammad Nashiruddin al-Albany, th. 1413 H.
12. Shahih Jami’ush Shaghiir, oleh Imam Muhammad Na-shiruddin al-Albany.
13. Al-Maudhu’atul Kubra’, oleh Imam Ibnul Jauzy, cet. Daarul Fikr, th. 1403 H.
14. Al-Fawa-idul Majmu’ah fii Ahaaditsil Maudhu’ah, oleh Imam asy-Syaukany, tahqiq: Syaikh ‘Abdurrahman al-Mu’allimy, cet. Al-Maktab al-Islamy, th. 1407 H.
15. Mizanul I’tidal, oleh Imam adz-Dzahaby, tahqiq: ‘Ali Muhammad al-Bajaawy, cet. Daarul Fikr, th. 1403 H.
16. Lisanul Mizan, oleh al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalany.
17. Tuhfatudz Dzaakiriin Syarah Imam asy-Syaukany, cet. Daarul Fikr.
18. Misykatul Mashaabih, oleh Imam at-Tibrizy, ta’liq wa takhrij Imam Muhammad Nashiruddin al-Albany.
19. Tahdziibut Tahdziib, oleh al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqa-lany, cet. Daarul Fikr.
20. Taqriibut Tahdziib, oleh al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqa-lany, cet. Daarul Kutub al-‘Ilmiyyah.
21. Syu’abul Iman, oleh Imam al-Baihaqy.
22. Dha’if Jami’ush Shaghir, oleh Imam Muhammad Nashi-ruddin al-Albany.
23. Silsilatul Ahaadits adh-Dha’ifah wal Maudhu’ah, oleh Imam Muhammad Nashiruddin al-Albany.
24. At-Tauhid, oleh Ibnu Khuzaimah.
25. Adh-Dhu’afa’, oleh Ibnu Hibban.
26. Asma’ wash Shifat, oleh Imam al-Baihaqy.
27. Al-Mu’jamul Ausath, oleh Imam ath-Thabrany.
28. Al-Mashnu’ fii Ma’rifatil haditsil Maudhu’, oleh Imam Ali al-Qari’, tahqiq: ‘Abdul Fattah Abu Ghuddah, cet. Mu-assasah ar-Risalah, th. 1398 H.
29. Al-Maqashidul Hasanah fii Bayaan Katsir minal Ahaadits Musytahirah ‘alal Alsinah, oleh Syaikh Muhammad ‘Abdurrahman as-Sakhawy, tahqiq: Muhammad ‘Uts-man al-Khusyt, cet. Daarul Kitaab al-‘Araby, th. 1414 H.
30. Fat-hur Rabbany, oleh Syaikh Abdurrahman al-Banna.
31. Amalil Yaum wal Lailah, oleh Imam an-Nasa-i.
32. Shahih al-Adzkaar wa Dha’iifuhu, oleh Syaikh Salim bin ‘Ied al-Hilaly.
33. Kitabul Adzkaar, oleh Imam an-Nawawy.
34. Irwaa-ul Ghaliil, oleh Imam Muhammad Nashiruddin al-Albany.
35. Shahih at-Tirmidzi bi Ikhtishaaris Sanad, oleh Imam Mu-hammad Nashiruddin al-Albany, cet. I-Maktabah at-Tarbiyah al-‘Arabi lid Duwal al-Khalij, th. 1409 H.
36. ‘Aunul Ma’bud Syarah Sunan Abi Dawud, oleh Abu ath-Thayyib Syamsul Haq al-‘Azhim Abady, cet. Daarul Fikr, th. 1415 H.

(Disalin dari kitab Ar-Rasaail Jilid-1, Penulis Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka Abdullah, Cetakan Pertama Ramadhan 1425H/Oktober 2004M)
Penulis: Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas & diterbitkan oleh almanhaj. or. id

Minggu, 29 Mei 2011

ISLAMISASI WARISAN BUDAYA KRATON yogyakarta

B. ISLAMISASI WARISAN BUDAYA KRATON
itu adalah proses Islamisasi warisan budaya kraton ketimbang Jawanisasi unsur-unsur Islam.
Masih menurut Simuh, Ada empat pertimbangan yang melatarbelakangi proses Islamisasi tradisi lama ini; Pertama, warisan budaya kraton yang sangat halus, adiluhung serta kaya raya itu pada zaman Islam tentu bisa dipertahankan dan dimasyarakatkan apabila dipadukan dengan unsur-unsur Islam. Secara obyektif para priyayi dan sastrawan Jawa sejak abad ke-8, berhasil mengembangkan kebudayaan istana dengan memanfaatkan unsur-unsur Hinduisme. Cerita mitos Ramayana dan Mahabarata telah mengilhami munculnya berbagai macam karya sastra dan seni pewayangan langkap dengan pakemnya. Dalam serat Babad disebutkan, bahwa perkembangan bentuk-bentuk kesenian tersebut, tidak lepas dari sentuhan para Wali, terutama Sunan Kalijaga. Contoh kongkret Islamisasi dalam pewayangan tercermin dengan masuknya jimat layang kalimasada (kalimat syahadah) yang dijadikan senjata pusaka kerajaan Amarta (Pandawa).
Kedua, para pujangga dan sastrawan Jawa membutuhkan bahan sebagai subject matters dalam berkarya. Karena Hinduisme telah terputus pada zaman ramai-ramainya Islam mewarnai Nusantara, maka satu-satunya sumber acuan yang mendampingi kitab-kitab kuno hanyalah kitab-kitab yang bersumber dari lingkungan kebudayaan pesantren. Maka para pujangga dan sastrawan Jawa yang mengetahui bahwa dalam lingkungan budaya pesantren terdapat sumber konsep-konsep ketuhanan, etika, falsafah kebatinan yang kaya, mereka bergairah memasukkan unsur-unsur baru tersebut dalam khasanah budaya Jawa.
Ketiga, pertimbangan stabilitas sosial, budaya, dan politik. Adanya dua lingkungan budaya, yakni tradisi pesantren dan kejawen perlu dijembatani agar tercapai saling pengertian dan dapat mengeliminasi konflik-konflik yang mungkin dapat terjadi. Dan keempat, pihak kraton sendiri sebagai pendukung dan pelindung agama merasa perlu mengulurkan tangan untuk menyemarakkan syi’ar Islam. Untuk itu, pihak penguasa kraton membangun berbagai sarana, baik yang bersifat struktural maupun kultural demi tercapainya syi’ar Islam. Sehingga sejak jaman Demak bermunculanlah upacara-upacara keagamaan seperti sekaten, grebeg maulud, grebeg hari raya fitrah, juga grebeg hari raya haji dan sebaginya.
A.Makna Simbolis Kraton Yogyakarta
Yang disebut karaton ialah tempat bersemayam ratu-ratu, berasal dari kata-kata : ka + ratu + an = kraton. Juga disebut kadaton, yaitu Indonesianya ialah istana, jadi kraton ialah sebuah istana, tetapi istana bukanlah keraton. Kraton ialah sebuah istana yang mengandung arti, arti keagamaan, arti filsafat dan arti kulturil (kebudayaan).
Dan sesungguhnya kraton Yogyakarta itu penuh dengan arti-arti tersebut diatas. Arsiktur bangunan-bangunannya, letak bangsal-bangsalnya, ukiran-ukirannya, hiasanya, sampai pada warna gedung-gedungnya pun mempunyai arti. Pohon-pohon yang ditaman di dalamnya bukan sembarangan pohon. Semua yang terdapat disini seakan-akan memberi nasehat kepada manusia untuk cinta dan menyerahkan diri kepada Allah, berlaku sederhana dan tekun, berhati-hati dalam tingkah laku kita sehari-hari dan lain-lain.
Menurut Mark R. Woodward, mengutip apa yang telah diungkap Heine-Geldern, di kawasan Asia Tenggara yang mengalami Indianisasi, negara, kota-kota dan istana-istana adalah mikrokosmos. Konstruksi negara dan istana sebagai mikrokosmos yang sempurna merupakan salah satu diantara sumber legitimasi kerajaan yang penting. Tema ini, masih menurut Woordward, bergema dalam banyak studi mengenai agama dan usaha bina negara di kawasan tersebut belakangan ini. Mengutip Tambiah, yang menyebut Mataram dengan apa yang dia istilahkan sebagai “masyarakat galaktis (galactic polity), yakni sebuah negara yang diorganisasikan sebagai suatu mendalam.
Berbeda dengan negara-negara yang mengalami indianisasi, kraton Yogyakarta dalam paham kosmologinya menempatkan kasekten pada posisi subordinat dengan wahyu dan kewalian. Kraton Yogyakarta sendiri adalah model kosmik, tetapi kosmos yang dia wakili adalah Islami.
Ikonografi, simbolisme dan arsitektur kraton Yogyakarta menggambarkan struktur kosmos Muslim, hubungan antara sufisme dengan syari’ah, rumusan instropektif dan kosmologis jalan mistik, asal usul dan anak-turun manusia insan kamil. Sehingga kraton lebih dari segala hal, ia merupakan daerah (precinct) yang suci yang mendefinisikan negara dan masyarakat. Dalam hal ini, ia adalah analog dengan Ka’bah di Mekah, yang menjadi pusat dunia Muslim sebagai suatu keseluruhan. Kraton adalah pusat mistis dan badan spiritual kesultanan yang berperan sebagai wadah untuk mewujudkan esensi ilahiyah yang diwakili oleh sultan.
Karena alasan itu, kraton memainkan peran yang demikian penting dalam kehidupan negara Jawa. Milik kraton, lebih dari penguasaan terhadap kawasan, penduduk dan sumber-sumber, adalah kurnia yang menandai legitimasinya. Lebih dari faktor apapun, keratonlah yang membedakan seorang raja dengan pangeran-pangeran penguasa daerah atau tokoh-tokoh pemberontak.
Bentuk arsitektual dan geometrisnya bersifat linier, dan terdiri atas sejumlah pintu gerbang dan halaman yang berorientasi pada poros utara-selatan. Dalam pengertian yang paling umum ia adalah model badan manusia sempurna dan jalan menuju penyempurnaan manusia. Ia didasarkan pada teori wahdah al-wujud, dan tujuh tingkatan wujud (martabat wujud).Kraton mempunyai sembilan pintu gerbang, yang mempresentasikan lubang-lubang di dalam badan (yang menurut Serat Wirid, harus tertutup dalam proses meditasi maupun dalam ritual pemakaman Muslim).
Pertiga selatan kraton menggambarkan turunnya manusia sempurna dari eensi ilahiyah dan lahirnya seorang bayi kerajaan. Hal itu hanya bisa dibaca dari selatan ke utara. Pertiga utara kraton itu merupakan model dari formula intropektif dan kosmologis jalan mistik. Jika dibaca dari selatan ke utara, ia melukiskan jalan menuju kesatuan sesaat dengan Allah, sementara jika dibaca dari utara ke selatan ia memantulkan jalan kosmologis dan eskatologis menuju kesatuan akhir. Dipandang dari selatan, bagian tengah kraton adalah pusat administrasi kerajaan, yang perhatian utamanya adalah konsep-konsep loyalitas dan kewajiban. Ini sama dengan kesalehan normatif dan ibadah kepada Allah. Dipandang dari utara, bagian halaman dan tengah kraton itu sama dengan pendakian dari axis mundi, masuk ke dalam surga, dan pencapaian kesatuan yang kekal dengan Allah. Dengan perspektif ini, Sultan analog dengan ketuhanan yang transenden dan istana-Nya, dan dengan para malaikat yang menggitari singgasana Allah.
Dari paparan di atas dapat ditarik benang merah bahwa kraton Yogyakarta memiliki makna simbolik yang cukup dalam, khususnya jika dilihat dari perspektif religiusitas Islam-Jawa. Konsep religius lebih kongret dicerminkan dari tata-rakit kraton-masjid Agung yang memuat filosofi : “manunggaling kawula-Gusti”. Kraton adalah wadah kegiatan fisik material, lambang manusia dengan dunianya sebagai pusat kebudayaan. Sedangkan dalam dimensi vertikal, masjid Agung adalah isi kegiatan spiritual menyembah Tuhan sebagai pusat religi.

b. Makna Simbolis Tradisi Kraton Yogyakarta
Setelah melihat makna simbolik kraton Yogyakarta, sebagai pusat kebudayaan dan kehidupan masyarakat Jawa, sekarang dicoba untuk melihat berbagai ritual sebagai bagian dari tradisi kraton Yogyakarta yang juga mengandung nilai-nilai religiusitas yang cukup tinggi. Diantara upacara/ritual itu adalah Garebeg. Ada tiga macam upacara Garebeg, yaitu Garebeg Pasa untuk merayakan ‘Idul Fitri, Garebeg Besar pada bulan Besar atau Dzulhijjah untuk merayakan ‘Idul Qurban, dan Garebeg Mulud untuk merayakan Maulud (kelahiran) Nabi Muhammad SAW. Khusus yang terakhir, upacara itu disebut Sekaten, yang konon, berasal dari Syahadatain atau dua kalimah Syahadah.
Di dalam ritual-ritual ini dikumpulkan sedekah di dalam masjid Kraton (Agung). Sesudah pembacaan do’a-do’a berbahasa Arab, sedekah-sedekah itu dibagi-bagikan kepada sekitar puluhan ribu orang. Obyek-obyek ini, terutama gunungan yang terbuat dari nasi ketan, sebagian besar berisi berkah dan dianggap bisa menjamin kesejahteraan dan kesehatan penduduk.Sebelum dan selama pembagian gunungan berlangsung, Sultan duduk di atas tahta, dikelilingi oleh anggota-anggota kraton dan pusaka yang sangat sakti. Perhatiannya menagrah ke Tugu, sebuah monumen yang terletak di bagian utara kraton yang mensimbolisasikan kesatuan manusia dengan Allah. Pada saat itulah, Sultan mencapai kesatuan mistik. Inilah sumber berkah yang utama yang dibagi-bagikan kepada sekumpulan orang yang sudah menunggu. Sultan dengan demikian, bisa memanfaatkan pencapaian mistiknya sebagai suatu upaya menegarkan keabsahan kraton. Di salam ritual ini, ia tidak semata-mata sebagai Wakil Allah; ia adalah, dengan semua keinginan dan tujuan, Allah itu sendiri. Karena itu, ia menyampaikan berkah ilahiyah langsung kepada para pengikutnya.
Ritual ini dan teori kerajawian yang menjadi dasarnya adalah produk dari suatu “imperalisasi” doktrin sufi mengenai qutb. Qutb adalah poros dunia dan wali paling terkemuka. Ia menjaga alam dan berperan sebagai pengatur spiritual untuk seluruh dunia. Schimmel menggambarkan perannya dalam sufisme : “Dunia tidak akan ada tanpa kutub atau poros – yang menggerakkan dunia hanya seperti sebuah penggilingan menggerakkan porosnya dan tidak berlaku sebaliknya”.
Sultan, karena itu, merupakan qutb negara. Sebagai konsekuensi pencapaian kesatuan mistik ini, ia membela integritas hukum, mengontrol sumber-sumber kesaktian (pusaka dan tempat-tempat kramat), dan berperan sebagai penyalur yang melaluinya berkah dan inspirasi ilahiyah ditebarkan ke masyarakat. Perannya sebagai pembimbing spiritual ditonjolkan dalam garebeg, saat tiap orang diminta untuk melafalkan pengakuan iman sebelum menerima bagian gunungan. Perbedaan prinsipil antara rumusan kraton Jawa dan Sufi Klasik berkaitan dengan doktrin ini, terletak pada keharusan Sultan berperan sebagai sumber kesejahteraan material dan berkah spiritual ini. Namun, ini lebih merupakan akibat digunakannya doktrin kesatuan mistik sebagai basis orde politik dan sosial daripada sebagai perbedaan ideologis fundamental apa pun.
Menanggapi berbagai ritual dalam tradisi kraton Yogyakarta itu, Prof Simuh memberikan ulasannya, bahwa semuanya mencerminkan perkawinan budaya antara budaya Islam (dalam hal ini aliran sufisme) dengan budaya Hindu-Budha, bahkan dengan budaya animisme-dinamisme. Dan tampak karakter kraton sentrisnya dan sifat mistiknya.
Apakah model perkawinan budaya seperti yang digambarkan dalam upacara/ritual kraton masih dianggap sebagai bagian Islam otentik, artinya tidak keluar dari ajaran-ajaran Islam? Para pembaharu Islam tentu memandang bahwa itu bukan bagian dari ajaran Islam, kalau toh ada nuansa Islamnya, maka dianggap sebagai Islam sinkretik yang tidak lagi otentik sebagaimana apa yang telah diajarkan Nabi Muhammad (sunnah rasul). Akan tetapi penulis di sini mencoba untuk melihat dari sisi lain, bahwa dalam Islam pun terdapat berbagai sudut pandang (perspective) dalam melihat berbagai persoalan keagamaan. Dan penulis mencoba melihat berbagai ritual kraton itu dari perspektif Islam pribumi atau pribumisasi Islam yang berbagai landasan filosofis dan normatifnya akan penulis uraikan di bawah ini.

Minggu, 22 Mei 2011

Mau ramuan rambut tradisional

1. Campurkan 165 ml Minyak heifa (kocok dulu) dan 1 bungkus ramuan herbalnya ke dalam 250 Minyak Zaitun extra virgin yang sudah di hangatkan.

2. Di aduk hingga merata, di dinginkan lalu di simpan ke dalam botol yang lebih besar.

3. Oleskan dari pangkal rambut sampai ujung biasanya butuh sekitar 2 sendok makan sekali pakai, terus biarkan 1 jam hingga kering, lalu Anda bisa membersihkan rambut dengan air/keramas.

4. Ulangi pengolesan tiap hari (1x sehari) kalo sibuk bisa 2 hari sekali, untuk yang tidak punya rambut/botak bisa di oleskan ke bagian yang rontok. Insya Alloh, jika di lakukan dengan rutin akan ada perubahan yang sangat berarti, rambut Anda akan lebih lebat dan hitam. Juga sangat baik untuk membantu menyuburkan rambut rontok/kebotakan.
Mungkin kita bisa coba ramuan rambut untuk menghitamkan dan terlihat mengkilat ni ane kasih tip:
1.Aa' bisa pakai teh yang disimpan di dalam botol kemudian disimpan di atas loteng semalaman dan bangun sebelum fajar terbit kemudian sholat malam dan berdoá supaya rambutnya bisa terlihat dengan indah,Nah ambillah teh yang disimpan di atas loteng kemudian kramaslah pakai teh dan diamkan 3 menit.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Sweet Tomatoes Printable Coupons